Ada Calon Vaksin Menjanjikan, Kita Bagaimana?

Kabar dari Tiongkok: vaksin yang mereka kembangkan mampu memberi kekebalan tubuh. Apa ini juga sedikit kabar gembira buat Indonesia?

Wei Chen, peneliti dan penulis senior dari Institut Bioteknologi Beijing, Tiongkok, menyebut ada loncatan besar dalam upaya menemukan vaksin Covid-19. Horeee… Tapi ia juga mewanti, sebab, “Tantangan dalam pengembangan vaksin Covid-19 belum pernah ada sebelumnya, dan kemampuan (vaksin) untuk memicu respons kekebalan tidak selalu menunjukkan bahwa ia bisa melindungi manusia dari Covid-19.”

Kabar dari Tiongkok yang lumayan menjanjikan menyebut: antivirus yang dikembangkan perusahaan negeri itu, CanSino Biologics, disimpulkan aman dan mampu menghasilkan respons kekebalan tubuh. Para peneliti lalu menerbitkan laporannya dalam jurnal The Lancet, Jumat, 22 Mei lalu. We Chen adalah satu dari 21 penulis laporan tersebut.

Vaksin itu disebut Ad5-nCov. Ya, agaknya kita sudah mulai terbiasa dengan nama-nama dari ahli viral yang melibatkan singkatan dan angka-angka.

Percobaan pertama dilakukan kepada 108 orang sehat, sejak awal Maret lalu. Partisipan berusia antara 18 hingga 60 tahun, sehat, dan belum ada SARS-CoV-2 di tubuhnya. Mereka dibagi dalam tiga kelompok untuk menerima vaksin dalam dosis rendah, sedang atau tinggi.

Dua pekan setelah vaksinasi, partisipan dalam ketiga kelompok itu menunjukkan beberapa tingkat respons kekebalan terhadap virus. Setelah 28 hari, hampir semua partisipan telah mengembangkan antibodi yang terikat pada SARS-CoV-2, tapi tidak harus menyerang virusnya. Sekitar setengah dari partisipan dalam kelompok dosis rendah dan sedang, serta tiga perempat partisipan dalam kelompok dosis tinggi, telah memiliki “antibodi penawar” yang mengikat dan menonaktifkan virus sehingga mencegahnya menulari sel tubuh.

Ada efek samping? Ada. Paling umum adalah nyeri ringan di bagian tubuh yang disuntik, demam ringan, kelelahan, sakit kepala dan nyeri otot. Tercatat sembilan orang (dua dari kelompok dosis rendah, dua dari kelompok dosis menengah, dan lima dari kelompok dosis tinggi) mengalami demam lebih dari 38,5 derajat Celsius. Seorang dari kelompok dosis tinggi mengalami demam tinggi disertai kelelahan, sesak napas dan nyeri otot. Efek ini berlangsung tak lebih dari 48 jam.

Tunggu 6 bulan lagi

Saat ini, seperti diungkapkan oleh Direktur Program Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), Dr Michael Ryan, ada 100 calon vaksin yang sedang diteliti. Ada delapan yang sedang dalam proses uji coba kepada manusia.

Ad5-nCoV merupakan salah satu vaksin virus korona pertama. Vaksin ini menggunakan versi virus flu biasa yang lebih lemah (namanya adenovirus) yang menginfeksi sel manusia tapi tidak menyebabkan penyakit. Fungsinya mengirimkan fragmen material genetik dari SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19. Material genetik itu memberi instruksi untuk membuat “spike protein” pada permukaan SARS-CoV-2. Gagasannya adalah sistem kekebalan tubuh seseorang akan menciptakan antibodi yang melawan spike protein, yang akan membantu melawan virus korona bila orang tersebut nantinya terpapar virus.

Para peneliti sekarang memulai studi tahap kedua. Jumlah partisipan ditingkatkan hingga 500 orang. Mereka akan diberi vaksin dalam dosis rendah atau sedang, atau plasebo. Turut dilibatkan orang-orang berusia di atas 60 tahun. Kesimpulannya harus kita tunggu enam bulan lagi. November atau Desember 2020.

Beberapa calon vaksin lain juga dilaporkan memberi perkembangan yang menjanjikan. Perusahaan biotek, Moderna, pada 18 Mei lalu, mengumumkan mRNA-1273 (nama vaksin mereka), telah mengembangkan antibodi dalam tubuh manusia dalam waktu 15 hari. Moderna menguji coba kepada 45 orang. Tingkat antibodi dalam darah mereka terlihat sebanding dengan orang yang sembuh dari COVID-19, demikian dilaporkan Live Science.

Para peneliti Universitas Oxford juga mengumumkan calon vaksin mereka (ChAdOx1-nCov19) akan diuji dalam uji klinis lanjutan yang melibatkan lebih dari 10 ribu orang. Dosisnya akan dapat tersedia pada awal September mendatang, menurut NBC News.

Indonesia Beda

Banyak negara dan perusahaan farmasi berlomba menemukan vaksin untuk Covid-19. Mereka meneliti berdasarkan kandidat-kandidat virus yang diperoleh sejak Februari lalu. Beberapa ahli sebelumnya mengingatkan bahwa suatu vaksin—bila telah diuji coba berhasil—mungkin saja berdaya guna di suatu wilayah namun tidak menghasilkan dampak sama di wilayah lain.

Menteri Riset dan Teknologi Indonesia, Bambang Brodjonegoro, awal Mei lalu sempat mengungkapkan bahwa jenis korona di Indonesia berbeda dengan 3 jenis virus lain yang ada di dunia. Kesimpulan itu diperoleh berdasar hasil analisis genom virus korona yang dikirim Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman ke portal GISAID.

Apakah kelak vaksin dari beberapa perusahaan farmasi dunia tidak efektif digunakan di Indonesia?

Indra Rudiansyah, kandidat doktor riset vaksin di Jenner Institute, Oxford University, mengatakan, “sampai sekarang kita tidak tahu jawaban pastinya seperti apa.” Pernyataan Indra disampaikan dalam webinar “Big Questions Forum 9, Menghadapi Covid-19: Kebijakan, Sains, Solidaritas Nasional dan Global” yang diselenggarakan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), 15 Mei.

Itu satu soal. Perkara lain adalah apakah Indonesia akan masuk dalam daftar negara pertama yang mendapatkan vaksin? Apakah vaksin-vaksin pertama hanya akan dapat diakses oleh mereka yang dapat membayar lebih mahal.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, António Gutteres, awal Mei telah meminta agar vaksin kelak menjadi barang publik. Ini berarti setiap orang dapat mengaksesnya. Tapi, bagaimana aturannya? WHO belum lagi memiliki ketetapan soal ini. Dan kita tahu, yang memimpin proyek penelitian vaksin adalah perusahaan-perusahaan farmasi swasta internasional. []

© 2021 SPEKTATOR, segala hak dilindungi Undang-undang.